Kamis, 05 Maret 2020

PENEMUAN OBAT DIABETES MENGGUNAKAN AKAR KAYU LABAN

Tiga siswi Madrasah Tsanawiah Negeri (MTsN) 1 Kotim, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah (Kalteng), menemukan obat diabetes alternatif dari akar kayu laban. Temuan tersebut mengantarkan mereka ke kompetisi science di Turki pada Oktober mendatang.

Ketiga siswi berprestasi tersebut, yakni, Hanuf Nurwiyanti, Nidauljannah, dan Selvizah Lailatul Jannah, siswi kelas VIII MTsN 1 Kotim. Penemuan mereka sebelumnya diikutsertakan dalam ajang National Science and Engineering Competition (NSEC) 2020 yang diselenggarakan oleh Indonesia Scientific Society (ISS) dan berhasil meraih juara 1.

Siswi MTsN 1 Sampit, Hanuf Nurwiyanti mengatakan, proses pembuatan ramuan obat tradisional suku Dayak yang bisa menyembuhkan penyakit diabetes itu, terbilang mudah. Apalagi, akar kayu laban cukup melimpah di Pulau Kalimantan. Peralatan yang dibutuhkan pun sederhana.

Untuk membuat ramuan herbal ini, pertama-tama dengan cara memarut akar laban yang sudah dikeringkan. Kemudian, hasilnya disaring hingga menghasilkan serbuk. Serbuk akar laban selanjutnya direbus menggunakan panci gerabah dengan tiga gelas air minum untuk setiap 10 gram.

Lama waktu perebusan sekitar 30 menit dengan api sedang atau menunggu hingga air rebusan serbuk akar laban tersisa sekitar satu gelas air minum. Setelah itu, rebusan air serbuk akar laban didiamkan sekitar 5 hingga 10 menit dan siap diminum.

Hanuf mengatakan, dia dan kedua temannya mengadakan penelitian obat diabetes dari serbuk akar laban bermula dari keprihatinan mereka terhadap tingginya penderita penyakit diabetes di dunia. Di Indonesia, dan Kalteng khususnya, penderita diabetes juga tinggi.

Mereka kemudian meneliti pengobatan alternatif menggunakan akar kayu laban. Hasilnya terbukti memiliki kandungan zat saponin, tanin, akaloid, dan steroid. Zat-zat itu diyakini dapat menurunkan kadar gula dalam darah.

Selain telah dibuktikan dalam uji laboratorium, obat alternatif itu juga sudah diuji terhadap dua partisipan penderita diabetes. Dalam dua kali minum selama satu hari pada pagi dan malam, hasilnya mampu menurunkan kadar gula darah kedua partisipan.
“Alhamdulillah hasilnya menurun drastis. Kalau misalnya si penderita minum ramuan ini bersama dengan obat lain, turunnya sedikit karena zat kimianya bertabrakan. Karena itu, penderita harus fokus pada ramuan ini, pagi dan sebelum tidur, tidak pakai obat-obatan lain,” kata Hanuf.

Hanuf dan kedua temannya berharap ramuan yang mereka temukan bisa menurunkan angka penderita diabetes, khususnya di Indonesia. Badan Kesehatan Dunia atau WHO sebelumnya menyebutkan pada tahun 2015 terdapat sekitar 415 juta diabetesi atau penderita diabetes di dunia. Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 642 juta jiwa pada tahun 2040.

“Kami berharap semoga ramuan ini dikenal banyak masyarakat di Indonesia sehingga bisa menurunkan estimasi penderita diabetes yang hingga 642 juta jiwa itu,” kata Hanuf Nurwiyanti.

Atas prestasi mereka meraih juara pertama dalam ajang NESC 2020, ketiga siswi MTsN 1 Kotim tersebut berhak mewakili Indonesia pada ajang serupa tingkat internasional di Istanbul Turki pada Oktober mendatang. Mereka akan bertolak bersama lima tim lain mewakili Indonesia pada masing-masing kategori.

Pihak sekolah khususnya guru pembimbing terus membantu siswi mereka untuk mempersiapkan diri baik secara teknis maupun mental. Mereka juga berupaya mencari dana untuk keberangkatan karena harus dibiayai secara mandiri

MTsN 1 Sampit berharap mendapat perhatian dari pemerintah daerah maupun swansta untuk membantu pendanaan. Sebab, biaya yang dibutuhkan sekitar Rp26 juta per orang. Dana tersebut belum termasuk biaya keberangkatan menuju Jakarta dan kebutuhan lain selama mengikuti kompetisi di Turki.

“Kami berjuang mencari donatur untuk dana keberangkatan kami ke Istanbul, Turki, pada Oktober mendatang,” kata guru pembimbing, Tri Lisdianingsih.
Sementara Kepala MTsN 1 Sampit Djumali juga berharap para siswinya bisa berprestasi hingga di tingkat internasional. Mereka diharapkan bisa membawa nama baik Indonesia serta Kalteng khususnya di Turki nanti. Apalagi, mereka membawa hasil penelitian yang menggunakan sumber daya di provinsi ini, yaitu kayu laban.


“Semoga siswi kami bisa berprestasi di tingkat internasional,“ ujar Djumali.

Semoga Bermanfaat - SALAM GEMILANG

...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar